CBL Konsultan, Semarang — Tren fast fashion, yang merujuk pada produksi pakaian secara masif, cepat, dan berbiaya rendah, kini menjadi sorotan tajam karena dampaknya terhadap pencemaran mikroplastik di lautan. Didorong oleh media sosial dan belanja daring, fast fashion mempercepat siklus tren pakaian, namun meninggalkan jejak lingkungan yang serius.
Menurut laporan Narisu (2023), jumlah koleksi pakaian yang diproduksi oleh merek-merek fashion meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 2000-an. Akibatnya, konsumsi pakaian melonjak, tetapi masa pakainya justru pendek. Data dari Pohan et al. (2024) mencatat bahwa 60% pakaian yang dibeli dibuang dalam waktu satu tahun, dan 18,6 juta ton limbah tekstil berakhir di tempat pembuangan sampah pada 2020.
Kondisi ini diperparah oleh penggunaan bahan sintetis seperti poliester, yang menyumbang sekitar 35% mikroplastik di lautan (De Falco et al., 2019). Fast fashion sendiri bertanggung jawab atas 20% pencemaran air global akibat air limbah industri dan pelepasan serat mikro dari pakaian sintetis (Basiroen et al., 2023).
Apa Itu Mikroplastik?
Serat mikro (mikrofiber) adalah potongan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang dilepaskan ke lingkungan dari pakaian berbahan sintetis seperti poliester dan nilon. Studi Mishra et al. (2019) memperkirakan sekitar 2 juta ton serat mikro dilepas ke laut setiap tahun, menghasilkan 1,5 juta triliun potongan mikro di ekosistem laut.
Serat-serat ini menyebar melalui air limbah, limpasan hujan, sungai, dan akhirnya sampai ke laut, menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan akuatik dan manusia. Poliester, sebagai bahan utama industri fast fashion, menjadi sumber utama dari kontaminasi ini (Smelik, 2023).
Dampak Mikroplastik bagi Lingkungan dan Manusia
Pencemaran mikroplastik telah menjadi isu lingkungan yang mendesak. Menurut Dar et al. (2024), partikel ini berdampak pada tanah, tanaman, hewan, hingga manusia melalui bioakumulasi dalam rantai makanan. Perubahan sifat fisik air laut, seperti peningkatan kekeruhan dan penurunan cahaya, juga mengganggu keseimbangan ekosistem laut.
Studi dos Santos et al. (2024) menunjukkan bahwa serat mikro sintetis bersifat toksik bagi organisme laut, dengan efek yang meningkat seiring konsentrasi yang lebih tinggi di perairan. Kandungan kimia dalam serat tersebut juga dapat terlepas ke lingkungan, memperburuk dampak negatifnya.
Keanekaragaman hayati turut terancam. Choudhury et al. (2021) menemukan mikroplastik di tubuh berbagai hewan laut, mulai dari plankton hingga mamalia laut. Selain menyumbat saluran pencernaan, partikel ini membawa racun berbahaya seperti PCB dan pestisida, yang dapat menimbulkan efek karsinogenik dan gangguan reproduksi.
Ancaman mikroplastik tidak hanya berhenti di lautan. Galloway et al. (2017) menyebut bahwa mikroplastik yang tertelan ikan dan organisme laut kecil dapat masuk ke tubuh manusia, terutama mereka yang tinggal di wilayah pesisir yang mengonsumsi ikan hasil tangkapan sendiri.
Ayu et al. (2023) menegaskan bahwa mikroplastik mengandung zat kimia beracun yang bisa menimbulkan gangguan kekebalan, neurotoksisitas, hingga risiko kanker. Selain itu, kerusakan organ vital seperti hati dan ginjal, serta gangguan reproduksi dan anemia, menjadi potensi ancaman kesehatan yang harus diwaspadai.
Penulis mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mulai berpikir kritis dan bertindak bijak dalam menyikapi tren fast fashion yang tampak menarik di permukaan, namun menyimpan dampak lingkungan dan sosial yang sangat merugikan. Mulailah dengan membeli pakaian secara bertanggung jawab, kurangi konsumsi berlebihan, pilih bahan alami atau daur ulang, dan dukung merek yang mengedepankan etika dan keberlanjutan. Pilihan kecil ini, bila dilakukan bersama-sama, dapat mengurangi produksi limbah tekstil dan polusi mikroplastik secara signifikan.
Kini saatnya kita menyadari bahwa gaya bukan hanya soal penampilan, tetapi juga tentang bagaimana kita menjaga planet ini tetap layak huni untuk generasi yang akan datang.
Penulis : Rendi Hermawan Pradekso
DAFTAR PUSTAKA
Ayu A., R Azizah, L. Sulistyorini, M.A. Rizaldi. 2023. Literature Review: Dampak Mikroplastik Terhadap Lingkungan Pesisir, Biota Laut dan Potensi Risiko Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 22 (3): 328-341.
Basiroen, V.J., M.P. Wahidiyat, A. Kalinemas. 2023. Dampak Lingkungan Dari Fast Fashion: Meningkatkan Kesadaran Di Kalangan Milenial Melalui Media Sosial. Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain, 8(1): 113-128.
Choudhury, M., A. Sharma, A. Pervez, P. Upadhyay, dan J. Dutta. 2021. Growing Menace of Microplastics in and Around the Coastal Ecosystem. Coastal Ecosystems, 117–137.
Dar, A.A., Z. Chen, M.F. Sardar, C. An. 2024. Navigating The Nexus: Climate Dynamics And Microplastics Pollution In Coastal Ecosystems. Environmental Research, 252(3):1-16.
De Falco, F., E. Di Pace, M. Cocca, dan M. Avella. 2019. The Contribution Of Washing Processes Of Synthetic Clothes To Microplastic Pollution. Scientific Reports, 9(6633): 1-11.
Dos Santos, J.B., R.B. Choueri, F.E.M. dos Santos, L.A.O. Santos, L.F. da Silva, C.R. Nobre, M.A. Cardoso, R.D.B. Mari, F.R. Simões, T.A. Delvalls, dan P.K. Gusso-Choueri. 2024. Are Microfibers a Threat to Marine Invertebrates? A Sea Urchin Toxicity Assessment. Toxics, 12(753): 1-16.
Galloway, T. S., M. Cole, dan C. Lewis. 2017. Interactions Of Microplastic Debris Throughout The Marine Ecosystem. Nature Ecology & Evolution, 1(5), 0116.
Hartline, N.L., N.J. Bruce, S.N. Karba, E.O. Ruff, S.U. Sonar, P.A. Holden. 2016. Microfiber Masses Recovered from Conventional Machine Washing of New or Aged Garments. Enviromental Science and Tecnology, 50(21): 11532−11538
Mc Clay dan Metha. 2024. Microfiber Fragment Pollution: Sources, Toxicity, Strategies, and Technologies for Remediation. Sustainability, 16(7):1-16.
Mishra, S., C.C. Rath, A.D. Das. 2019. Marine Microfiber Pollution: A Review On Present Status And Future Challenges. Marine Pollution Bulletin 140: 188-197.
Narisu, H. 2023. The Impact of Fast Fashion on Marine Plastic Pollution. Current World Environment, 18(1): 102-107.
Pohan, J.D., M.L.I. Marliyah, dan Nasution. 2024. Penerapan Circular Fashion Pada Perilaku Hedonisme Generasi Z Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jambura Economic Education Journal, 6(1): 217-231.
Smelik, A. 2023. Polyester: A Cultural History. Fashion Practice, 15(2): 279-299.